![]() |
sumber indonesiakita.co |
Sebagai salah satu penggagas berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa, Kiai Ma'ruf Amin (KMA) punya kedekatan tersendiri dengan Prof. Amien Rais. Keduanya, sama-sama berjuang membentuk poros tengah untuk memenangkan Gus Dur menjadi Presiden.
Sayangnya, goncangan politik begitu keras menerpa kepemimpinan Gus Dur, hingga ia dilengserkan melalui sidang istimewa MPR. Beberapa hari jelang sidang Istimewa, baik Gus Dur ataupun rekan-rekannya sudah mengetahui itu, termasuk Kiai Ma'ruf.
Maka Gus Dur meminta Kiai Ma'ruf untuk membantu melakukan komunikasi politik. Sekalipun Kiai Maruf Amin kala itu bukan bagian dari kabinet yang dibentuk Gus Dur.
Siapa yang pertama ditemui KMA? Ialah Amien Rais, yang saat itu mejabat ketua MPR RI, yang akan memimpin sidang istimewa. KMA memegang tangan Amien Rais sambil berucap : tangan ini yang dulu mengetok Gus Dur menjadi presiden, masak tangan anda ini sekarang akan mengetok lagi menurunkan Gus Dur?
Lalu Amien Rais pun menjelaskan, sekalipun dirinya ketua MPR RI, namun dorongan di parlemen tak bisa dibendung. Apalagi kala itu pemilik kursi mayoritas adalah PDIP, yang pasti akan terus mendorong sidang istimewa dijalankan agar Megawati naik menjadi Presiden.
Amien Rais pun tak bisa banyak membantu, apalagi jadwal sidang istimewa sudah diputuskan. Kedatangan KMA itu disebut Amien sudah terlambat.
KMA sendiri memang baru dimintai tolong Gus Dur ketika keputusan sidang istimewa sudah ditetapkan. Namun KMA ternyata tak mau menyerah, Amien Rais masih juga dilobi agar sidang istimewa berganti agenda, bukan untuk melengserkan Presiden, namun untuk membagi kekuasaan antara Gus Dur dan Megawati.
Amien Rais menyanggupi, namun dengan syarat, KMA harus melakukan komunikasi dengan ketua umum Parpol dan pimpinan Fraksi lainnya. Sebab Amien Rais tidak bisa memutuskan sepihak, perlu komunikasi dengan petinggi partai.
KMA pun berkeliling menemui pimpinan partai untuk melobi agar agenda sidang istimewa tidak jadi menurunkan presiden. KMA menemui Akbar Tanjung sebagai ketua DPR RI dan ketum Golkar, Akbar pun sepakat. Lalu menemui Hamzah Haz (PPP) dan Hamzah pun sepakat. Berikutnya menemui Fraksi TNI, dan juga menyetujui hal tersebut.
Lobi itu hampir berhasil, apalagi beberapa ketua umum Parpol dan Fraksi menyepakati. Hanya saja mentok di PDIP, yang kuncinya berada di tangan Taufik Kiemas, suami dari Megawati. Taufik Kiemas tetap bersikukuh untuk tidak akan mengganti agenda sidang istimewa.
KMA pun kembali menemui Gus Dur dan menjelaskan hasil lobinya. Gus Dur sendiri juga sudah mengutus Marsilam Simanjuntak dan Baharudin Lopa untuk menemui Megawati, namun juga gagal.
Akhirnya lobi politik yang dilakukan KMA ke sejumlah tokoh pun mentah. Detik-detik jelang sidang istimewa, Amien Rais pun tak juga bisa banyak membantu. Gus Dur sendiri sudah meminta KMA agar jangan repot-repot lagi ikut mempertahankan kekuasaannya. []
Blitar, 22 Maret 2019
A Fahrizal Aziz
Sumber bacaan : Buku KH. Maruf Amin, Penggerak Umat Pengayom Bangsa (2018) hal. 114-117 yang ditulis Anif Punto Utomo.
loading...