| Seri Catatan Pemilu 2019
| Senin, 22 April 2019
![]()  | 
| sumber : pojoksatu.id | 
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyakini dirinya tidak lolos ke Senayan. Menerima angka hitung cepat 2% saja. Sudah deklarasi kekalahan. Ya, mereka memang unik. Kalah kok deklarasi, padahal partai lain pada pusing ketika kalah.
Partai Berkarya, yang mengusung aura "enaknya zaman Pak Harto", juga kemungkinan tidak lolos ke Senayan. Satu-satunya partai baru yang berpotensi lolos hanya Perindo, yang berdasar hitung cepat berbagai lembaga survey meraih angka di atas 3%. Dengan margin eror 2%. Tinggal menanti keajaiban 1% saja dalam hitungan real count nanti.
Empat besar sepertinya akan diduduki PDIP, Gerindra atau Golkar, dan PKB. Demokrat sepertinya terjun jauh ke bawah, bahkan di bawah PKS. Ternyata AHY tak benar-benar memberi efek signifikan.
PSI begitu legowo, bahkan berjanji akan terus memperjuangkan 2% suara itu, meminta para pemilih untuk lekas bergabung dengannya. Padahal dengan tidak lolos ke Senayan, PSI jadi sasaran empuk untuk dibully.
Mengingat betapa vokalnya parpol ini, bahkan dengan gesit memainkan "politik antagonis"nya. Serang sana sini. Beraninya pula memberi penghargaan Hoax awards pada lawan politiknya.
Ketika pada akhirnya partai ini tidak lolos ke Senayan dan hanya meraih 2%, serangan balik bisa dilancarkan, lebih deras. Sebelum serangan itu datang, mereka sudah mengibarkan bendera putih. Tanda kalah.
Namun tetap punya strategi. Sepertinya, lolos ke Senayan bukan tujuan utama untuk pemilu 2019 ini. Bisa jadi ini "tes pasar" awal. Apalagi di daerah, termasuk DKI Jakarta, mereka berpotensi meraih 5 kursi DPRD.
Mereka mungkin juga sudah menimang-nimang, betapa berat untuk lolos ke Senayan, sebagai partai baru. Partai lama saja banyak yang sulit, seperti PBB dan PKPI. Hanura saja kemungkinan juga tidak lolos.
Apa rencana lanjutan PSI? Ini yang menarik ditunggu. Apa lagi keterkejutan yang bakal mereka buat, atau "kenakalan" yang mungkin akan mereka lakukan, seperti kritik-kritiknya selama ini?
Mereka sudah terlanjur meramaikan publik. Perlahan lahan akan punya tempat dan basis pendukungnya tersendiri. Akan punya beberapa kaki di daerah.
2% tidak bisa disebut kekalahan. Sebuah angka tambahan, yang patut dirawat sebagai partai baru. Apakah di dalam 2% suara itu termasuk suara dari kadernya sendiri?
2% itu kecil jika dilihat sebagai prosentase, namun besar jika dalam hitungan satuan. Sebutlah jumlah pemilih 190 juta, yang mencoblos tulis saja 150 juta. 2% dari 150 juta orang. Lumayan banyak, lebih banyak dari kampanye akbar di GBK. []
Ahmad Fahrizal Aziz
Bit.ly/catatanFahrizal

