Tiap orang biasanya punya hobi mengoleksi sesuatu, atau hobi-hobi lain yang selalu ia upayakan untuk terlaksana, meskipun berbiaya mahal.
Mengoleksi buku bisa jadi salah satu kegemaran yang unik. Disamping hobi mengoleksi lain, seperti mengoleksi perangko, amplop, koin, sampai barang-barang antik.
Kegemaran tersebut disatu sisi juga bisa menjadi sumber pendapatan. Bahkan bagi mereka yang hobi membaca, atau mengoleksi buku, tak sedikit pula yang terjun dalam jual beli buku, termasuk buku-buku jadul.
Tak sedikit pula teman-teman penulis, atau pegiat literasi, yang kemudian mendirikan penerbitan atau toko buku sendiri. Apalagi jika melihat ketimpangan harga.
Entah karena apa buku-buku yang terpajang dalam etalase toko buku tersebut harganya sungguh melangit. Mungkin karena harga dihitung dari biaya cetak, pajak, royalty penulis, biaya distribusi sampai bagi hasil antara penerbit dan toko buku.
Andai kita tahu harga dasar cetaknya, bahwa harga sangat bergantung dari jumlah eksemplar. Buku baru di toko-toko buku, harga dasarnya bisa setangah atau bahkan seperempat.
Maka buku-buku sisa, yang kemudian diobral dalam bazar buku murah, bisa jadi diambil harga dasarnya. Artinya penerbit ya tetap untung. Atau diobral murah sekali, karena biaya percetakan plus keuntungan sudah ter-cover.
Namun meski begitu, tetap saja ada yang punya hobi mengoleksi buku, sehingga bukunya menumpuk dan tertata rapi pada rak, yang kemudian bisa menjadi penghias ruangan.
Sama halnya dengan kolektor lain, umumnya barang koleksinya juga akan menjadi pajangan, hiasan penambah rasa suasana.
Buku juga begitu. Ada satu kesan, prestise, atau perasaan bangga tersendiri ketika seseorang memiliki koleksi buku, apalagi jumlahnya sampai banyak dan memenuhi ruang tamu, kerja, atau kamar tidur.
Namun buku bukan sekedar benda pajangan, buku punya isi, yang seharusnya tidak sekedar jadi pajangan. Karena buku untuk dibaca.
Namun nyatanya tidak semua kolektor buku itu suka membaca. Aneh, tapi begitu lah faktanya. Mereka hanya tau trend buku yang tengah hits, atau buku-buku antik, kemudian memburunya dan pada waktu-waktu tertentu melelangnya.
Buku-buku lawas, dan apalagi yang punya nilai antik, seperti naskah La Galigo, akan punya nilai tersendiri. Atau koran/majalah lama yang cetakannya masih sederhana.
Buku-buku yang kita koleksi hari ini, pada saatnya nanti sangat mungkin menjadi antik dan langka. Apakah semua buku-buku tersebut sempat kita baca atau tidak, itu soal lain.
Mungkin orang lain yang akan membacanya, kerabat, anak, cucu, cicit dst. Buku-buku tersebut, selain menjadi hiasan di ruang tamu, juga akan menjadi warisan tersendiri.
Buku-buku tersebut, akan terus mengaliri kehidupan, mengikat pengarangnya. Memberikan tambahan wawasan, persepsi, empati. Barangkali yang semacam itu ada gunanya. []
Blitar, 2 November 2017
Ahmad Fahrizal Aziz