Prabowo (Mungkin) Menang



| Seri Catatan Pemilu 2019
sumber : brilio

Bagaimana jika Pak Prabowo yang menang? Ya, saya siap saja. Apalagi Ust. Abdul Somad (UAS) secara resmi sudah mendukung beliau. Meskipun selama ini, secara tak resmi, banyak yang berpikiran bahwa UAS memang lebih condong ke Pak Prabowo.

Karenanya, ketika ada dukungan resmi seperti ini, rasanya orang sudah dengan mudah menduga. Berbeda misalnya dengan sikap Ust. Yusuf Mansur, atau TGB Zainul Majdi, yang mengagetkan.

Saya pribadi, sebagai pendukung Jokowi-JK pada pilpres 2014, memang tak terlalu berharap Jokowi menang kembali, juga sebenarnya tak terlalu ambil pusing juga andai yang menang adalah Prabowo.

Nyatanya yang tersedia hanya dua nama tersebut. Nama seperti Dahlan Iskan yang saya favoritkan, juga sudah tenggelam, meski pernah menang konvensi capres Partai Demokrat 2014 silam. Kini Demokrat justru sedang promosi AHY.

Namun, selepas bertemu SBY di Singapura, Dahlan Iskan kemudian lantas menghadiri pidato kebangsaan Prabowo di Surabaya, dan kini berada di barisan 02.

Saya fans berat Dahlan Iskan. Hampir semua tulisannya pernah saya baca, mulai dari liputan legendarisnya tentang tenggelamnya kapal Tampo Mas, seri catatan ganti hati, Manufactouring Hope, hingga catatan hariannya di Disway.id.

Saking ngefansnya, saya rela pinjam kamera redaksi untuk secara khusus mengambil gambar-gambar beliau ketika acara Mata Najwa on stage di UMM, 2013 silam. Juga, ikut shalat Jumat di Masjid Unisma sebelum off air dimulai.

Dan satu lagi yang memperkuat pilihan saya pada Jokowi-JK pada pilpres 2014, tak lain kerena Dahlan Iskan secara personal juga mendukung pasangan ini. Tidak ada tokoh publik kala itu, mungkin hingga saat ini, yang saya kagumi melebihi Dahlan Iskan.

Saya tidak cukup mengagumi Jokowi, sebenarnya. Dan lebih kagum pada figur Jusuf Kalla. Hal-hal itulah yang membuat saya secara pribadi mendukung pasangan nomor 2 pada pilpres 2014, menulis banyak tentang Pak Jokowi dan Jusuf Kalla.

Dari empat figur capres dan cawapres yang saat ini ada, biografinya sudah saya baca semua. Buku tentang mereka, yang tersedia di Perpustakaan Bung Karno sudah pernah saya pinjam. Termasuk Biografi KH. Ma'ruf Amin, yang sangat langka.

Dan publik mungkin banyak yang belum tahu pula kedekatan Dahlan Iskan dan Sandiuno, selepas krisis 1998. Mereka berdua sangat dekat, sebagai rekanan bisnis. Sandiuno sebagai konsultan keuangan, bangkit kembali dari keterpurukan selepas mendapatkan klien Dahlan Iskan yang kala itu bos Jawa Pos.

Sandiuno yang lincah itu, mungkin berhasil meyakinkan Dahlan Iskan untuk mendukungnya. Hal ini membuat fans berat Dahlan Iskan, seperti saya misalnya, mungkin jadi galau.

Antara ikut mendukung atau tidak, mengikuti sang "Imam besar" Jurnalis dan eseis Indonesia. Selepas meninggalnya H. Rosihan Anwar, siapa lagi yang layak disebut tokoh besar Jurnalistik Indonesia selain Pak Dahlan Iskan?

Kalau bos media banyak. Namun yang produktif dan atraktif menulis seperti Pak Dahlan Iskan, sangat jarang.

Hamba hanya bisa berdoa semoga pasangan Prabowo-Sandiuno menang 17 April nanti. Meski lembaga survey yang kredibel dan punya rekam jejak baik, menyatakan jaraknya masih melebihi 15%, padahal pencoblosan tinggal hitungan hari.

Saya percaya lembaga survey, yang rekam jejaknya baik, sekaligus menandakan kepercayaan pada Ilmu Pengetahuan dalam bidang statistika. Percaya pada ilmu pengetahuan adalah ciri khas manusia modern. Meskipun kini eranya post-modern dan post-truth.

Hamba juga percaya pada KPU sepenuhnya, siapa yang nanti menang. Antara 01 atau 02. Ya, rakyat jelata seperti saya bisa apa lagi, selain menerima?

Blitar, 12 April 2019
Ahmad Fahrizal Aziz
klik bit.ly/catatanFahrizal