| Senin, 8 April 2019
Dunia aktivis selalu menyajikan istilah kanan dan kiri, kelompok kanan dan kelompok kiri. Istilah yang seringkali digunakan untuk melabeli gerakan tertentu, yang sebenarnya tidak selalu relevan. Oleh kelompok lawak Warkop DKI, dibuatlah guyonan kanan-kiri oke.
Kanan-kiri oke sebenarnya adalah sebuah kritik yang tajam pada masanya, meski sebagian besar orang mungkin menganggapnya lelucon semata.
Bayangkan saja, di Amerika Serikat yang super kapitalis, ada istilah kanan dan kiri. Padahal kapitalisme sendiri masuk kelompok kanan. Kapitalisme memberikan peluang seluas-luasnya bagi individu untuk menjalankan kepentingan pribadinya.
Di Prancis (1789) konon istilah ini pertama kali digunakan. Ada dua perbedaan pendapat yang kontras terjadi antar anggota dewan. Mereka yang mengkritik dominannya kekuasaan rezim, dan mereka yang ingin tetap mempertahankan.
Mereka yang berkeinginan kekuasaan rezim dikurangi, berada di sayap kiri. Sementara yang mendukung rezim berada di sayap kanan. Sehingga ada yang menyebut sayap kiri adalah kelompok progresif dan revolusioner yang selalu ingin perubahan. Sementara kelompok kanan adalah kelompok konservarif yang tak ingin ada perubahan ekstrem.
Hal itu berbeda dengan istilah kiri dan kanan yang dipahami di negara kapitalis seperti Amerika Serikat. Jika di Prancis kelompok kiri adalah yang menginginkan kekuasaan pemerintah dikurangi, kelompok kiri Amerika justru yang ingin agar pemerintah punya peran lebih besar mengatur kebijakan, terutama dalam hal ekonomi.
Di Indonesia, pada masa orde baru, peran pemerintah sangat dominan. Sama dengan pemikiran sayap kanan dalam parlemen Prancis kala itu. Namun pada masa orde baru pula kapitalisme masuk dengan cepat.
Kapitalisme berpandangan bahwa individu bisa dengan bebas meningkatkan produksinya, pemerintah tidak perlu membatasi. Berbeda dengan sosialisme yang menyatakan bahwa pemerintah harus turut serta mengontrol, sementara sistem komunisme berpandangan jika semua kepentingan publik adalah urusan pemerintah.
Dalam konteks ini tidak jelas lagi istilah kanan dan kiri. Kelompok kiri yang sering dikaitkan dengan kelompok Marxis dan sosialis, justru adalah bagian dari sayap kanan dalam pengertian awalnya.
Di Indonesia, kelompok kanan dianggap kelompok agamis. Organisasi keagamaan dianggap kelompok kanan. Sementara organisasi non agama, atau sebutlah nasionalis masuk kelompok kiri. Padahal kelompok kiri di Indonesia adalah mereka yang berjuang agar pemerintah berperan aktif dalam mengontrol masuknya pengaruh kapitalisme global, melalui berbagai regulasi.
Walhasil istilah kanan di Indonesia nyaris tak menemukan bentuknya. Bahkan tak jarang dari kelompok kanan yang memprotes pencabutan subsudi BBM dan Listrik. Padahal subsudi adalah khas pemikiran kelompok kiri Sosialis.
Kelompok kanan di Indonesia yang diistilahkan organisasi keagamaan, juga lebih banyak yang menolak asas negara berdasarkan agama. Mereka menerima Pancasila, yang jelas diperjuangkan oleh kelompok kiri berbasis nasionalis di Indonesia.
Maka dalam rapat PPKI, Bung Karno sempat mengatakan jika kelompok agama bukan berarti tidak nasionalis. Mungkin juga sebaliknya, kelompok nasionalis belum tentu tidak agamis.
loading...
Dalam politik akhir-akhir ini nampak terlihat bercampurnya sayap kanan dan kiri, dan tidak terlalu jelas perbedaannya. Tidak ada lagi idealisme kuat sayap kanan dan kiri yang hendak diperjuangkan, yang ada hanya kepentingan.
Persis slogan warkop DKI, kanan-kiri oke. []
Ahmad Fahrizal Aziz